Senin, 26 Januari 2009

Gerhana matahari Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Gerhana matahari pada tanggal 29 Maret 2006.

Langsung ke: navigasi, cari
Gerhana matahari pada tanggal 29 Maret 2006.


Gerhana matahari terjadi ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.

Gerhana matahari dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: gerhana total, gerhana sebagian, dan gerhana cincin. Sebuah gerhana matahari dikatakan sebagai gerhana total apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.

Gerhana sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.

Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.

Gerhana matahari tidak dapat berlangsung melebihi 7 menit 40 detik. Ketika gerhana matahari, orang dilarang melihat ke arah Matahari dengan mata telanjang karena hal ini dapat merusakkan mata secara permanen dan mengakibatkan kebutaan.

[sunting] Mengamati gerhana matahari
Gerhana matahari tahun 1999 di Perancis

Melihat secara langsung ke fotosfer matahari (bagian cincin terang dari matahari) walaupun hanya dalam beberapa detik dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata karena radiasi tinggi yang tak terlihat yang dipancarkan dari fotosfer. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kebutaan. Mengamati gerhana matahari membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Kaca mata sunglasses tidak aman untuk digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak retina mata.

[sunting] Pranala luar

Gerhana Matahari Cincin Akan Terjadi di Indonesia

kami selaku tim AL-MULTAZAM COMPUTER CLUB JUGA MEGIKUTI BERITA YANG SEKARANG ADA DAN TERJADI DI INDONESIA YAITU GERHANA MATAHARI CINCIN



Bandung - Fenomena alam akan terjadi di Indonesia, tepatnya akan terlihat di lautan yang berada di wilayah Banten, Lampung dan sebagian perairan di Jakarta. Fenomena alam tersebut ditandai dengan munculnya gerhana matahari cincin, yang akan terjadi pada 26 Januari 2009.
Pada saat itulah para pengamat fenomena alam dan masyarakat dunia akan tertuju pandangannya kepada Indonesia, karena gerhana matahari cincin hanya bisa terlihat di sebagian wilayah Indonesia.
Hal ini dikatakan Direktur Observatorium Bosscha–ITB, Taufiq Hidayat, kepada SH di sela-sela menghadiri acara penanaman 1.000 pohon yang dilakukan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Padjajaran (Unpad) di kawasan Observatorium Bosscha–ITB Bandung, Kampung Sinopel, Desa Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (28/11).
Disebutkan Taufiq, pada tahun sebelumnya gerhana matahari cincin terjadi di China dan Rusia. Gerhana ini akan terlihat seperti lingkaran cincin berwarna kekuning-kuningan dengan lingkaran di dalamnya berwarna hitam legam, dan akan melintasi laut hanya selama lima menit. Namun, proses untuk membentuk seperti lingkaran cincin akan memakan waktu hingga berjam-jam. Sedangkan yang terlihat di laut Jakarta tidak seperti yang terlihat di Lampung dan Anyer (Banten).
Menurut Taufiq, gerhana matahari cincin jika dilihat dari laut di Jakarta akan berbentuk lingkaran cincin yang hampir berbentuk oval, dengan lingkaran hitamnya berada di bagian samping cincin. Fenomena ini bisa terjadi 2-3 kali setahun, tapi tidak semua orang bisa melihatnya tanpa alat peneropong khusus.
Gerhana yang terjadi di Indonesia nanti sebenarnya bisa dilihat dengan mata tanpa bantuan alat lain, tetapi Bosscha tidak menyarankan siapa pun untuk melihat dengan mata telanjang karena dikhawatirkan merusak kesehatan mata. “Saran kami, gunakanlah kacamata berfilter jika ingin melihat fenomena alam gerhana matahari cincin nanti,” pesan Taufiq.
(saufat endrawan)